BULAK BARU DALAM SEJARAH
Tujuh
kilo meter kearah selatan dari jantung kota Jepara, melewati desa Pesajen
Karang Kebagusan, Tegal Sambi, Demangan, Platar Semat dan Tanggul Tlare
anda akan masuk desa Bulak Baru. Desa yang unik berpenduduk 900 orang
yang terdiri dari 4 RT ! RW. Dengan batas desa timur desa Bugel, Selatan desa
Panggung utara desa Tanggul Tlare dan
Barat terbentang luas samudra yaitu laut Jawa. Desa bulak baru dulunya bernama
desa Bulak yang konon ceritanya adlah sebuah desa kecil yang terpisah dari
induk desanya yaitu bugel. Bulak singkatan Bugel pinggir Lak atau
Bugel yang dekat dengan ujung sungai yang menuju ke laut. Namun karena cuaca ekstrim
sejak tahun 60-an yang mengakibatkan abrasi pantai. Maka desa bulak sudah bedol
desa dua kali. Pertama tahun 1971 yang direlokasi secara swadaya rumah dipindah
ke dekat jalan menbujur dari arah selatan ke utara sederet jalan utama kedung
Jepara. Awal mulanya tahun 1971 seluruh rumah terkena musibah angina putting
beliung yang menelan korban jiwa, dan puluhan rumah roboh. Disamping abrasi pantau yang menjadikan bibir pantai
dekat dengan tempat tinggal warga.
Menurut warga
dulu bulak baru wilayahnya luas sederet dengan ujung desa teluk awur, dengan
kekayaan yang melimpah pertanian yang subur, ternak kerbau dan aktifitas
nelayan yang cukup. Warga sejahtera konon
warga sampai memiliki kendaraan mewah yaitu kereta sebagai sarana
transportasi yang mewah. Sampai warga desa lain menyewa kereta untuk pesta
perkawinan. Pertanian yang subur hasil padi yang luayan berkwealitas beda. Padi
hasil sawah bulak rasanya enak dan
sedap. Hali ini pernah diutarkan Bapak Bupati Jepara dalam dialog interaktif di
radio Kartni FM Jepara pada bulan Nopember 2010.
Dalam catatan
lain warga Bulak Baru dulunya pemberani dan disegani warga desa lain karena
kekayaan dan kemakmuran, terbukti keberanian itu muncullah tokoh-tokoh kiri
juga golongan merah . Namun sejak relokasi pertama tahun 1971 sebagioan warga
desa ada yang transmigrasi ke kuar jawa. Maka watk dan kehidupannya menjadi
lain. Sebagian warga transmigrasi ke Lampung yang sampai sekarang mereka masih disana beranak cucu.
Sebelum relokasi
kedua Bulak kembali dilanda bencana tahun 1983
badai ekstrim naiknya air laut ke rumah warga. Penulis masih ingat
ketika sunami kecil disertai angina kencang menerjang rumah penduduk. Penulis
bersama adik yang digendong ibu berpegangan pohon waru di depan rumah diterjang
gelombang laut bertubi-tubi. Alhamdulillah selamat sampai air laut turun dan
daratan kembali terlihat semula. Kejadiannya sekitar jam tiga malam.
Astagfirullah………umur kami masih panjang. Paginya warga desa mengungsi kelai
desa ada yang ke desa SEMAT, Panggung dan desa-desa lain sesuai dengan
kedekatan saudara yang mampu menampung. Penulis 1 minggu mengunsi di tempat saudara
di Semat. Masih ingat dan semogaq tidak terulang lagi.
Tahun 1984 desa
bulak baru direlokasi ke wilayah Bugel oleh pemerintah yang waktu itu Gubernur
Jateng Bpk. Suparjo Rustam dan Bupati Jepara Bpk Hisyam Prsetyo dan camat Kedung Bapak Hendro Martojo yang
sekarang menjadi Bupati Jepara..
Sejak itulah Bulak menjadi Bulak
Baru dengan wajah baru, lokasi rumah tertata rapi setiap rumah menghadap jalan
dan gang berderet per erte dari Rt 01 sampai RT04 seperti perumnas dan komplek
mewah di kota besar.
Kenangan tetaplah kenangan
Penulis mengalami relokasi pertama dan kedua, Relokasi pertama tahun 1971
penulis masih banyi dan tidak ingat. Yang penulis ingat sekitar tahun 1976
ketika masih anak-anak seusian si bolang, seringa bermain di pantai, sekolah madrasah
sore, main bola dan perang perangan. Kalau bulan puasa rame banget main petasan
mobil mobilan dan arak-arakan takbir
keliling jelang idul fitri. Semua hanya kenangan. Tempat itu, lapangan bola,
rumah penulis sudah menjadi lautan hijau……….sungguh menyedihkan. Teman-teman
penulis masih sekampung juga ada yang di lampung ikut transmigrasi.
Lebaran
ketupat 2012 aku lihat begitu jauh garis pantai yang terkena abrasi, satu tahun
kira-kira 500 meter. Terbukti tahun kemaren pemecah gelombang yang dibuat UNDIP
tahun 1999 sudah terlewati tampak jauh diseberang laut. Sungguh
mengerikan……bagaimana nanti satu dua tahun kedepan akankah kami bedol desa
lagi..Wallahu A’lam.
Keterkaitan
Bulak dengan bugel sudah ada sejak zaman dulu, tokohnya sama yaitu Syekh
Waliyullah Mangun Sejati yang setiap tahunnya haulnya diperingati tiap bulan
Muharrom, Tokoh lain Mbah Sediyo dan
Mbah Sediman yang tiap bulan apit / Dzul Hijjah dijadikan momentum sebagai
cikal bakal desa Bulak lama.
Ketika haul Mbah Mangun
Sejati seluruh warga desa bugel dan
bulak baru bersatu berdo’a bersama dan diadakan kegiatan untuk memeriahkan.
Makam waliyullah terletak di desa bugel bagian barat dan arah timur Bulak baru.
Maka amat strategis ditenga dua desa.
Penulis masih
ingat Petinggi Desa Bulak baru tahun 70 an Bapak Sutoyo sampai tahun 1998 dan
diganti Musro dan tahun 2007 Bapak Sutiyono.Dalam bertugas Bapak Sutiyono
dibantu Carik Bp. Masnur, Petengan merangkap TU Somad, S.Ag, Kaur
Keuangan Subardi, Modin Ismail, Kebayan Listiono dan Ladu Sarmin. Sesuai perda
hari Rabo tanggal 10 Nopember ada
penggantian perangkat baru yaitu Kaur keuangan Rif’an dan Ladu Sunadi Hermanto.
Bersambung……………
waooow keren
BalasHapus